Wednesday, October 21, 2020

Biografi DR. Muhammad Husain az-Zahabi

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Al-Quran adalah kitab terakhir yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi terakhir pula yaitu Nabi Muhammad SAW. Didalamnya terdapat petunjuk bagi umat manusia untuk mejalani kehidupannya didunia untuk menggapai kesuksesan diakhirat kelak. Maka dari itu dibutuhkan sebuah penjelasan yang baik sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh setiap manusia. Tafsir al-Quran adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk memahami apa sajakah yang terkandung dalam Al-Quran. Sehingga diharapkan setiap pembacanya dapat mendapatkan petunjuk yang sesuai denga napa yang diperintahkan Allah SWT.

Ada banyak sekali orang-orang yang diberikan kelebihan oleh Allah SWT sehingga dapat mempelajari ilmu tersebut. Diantaranya ada Ibnu Abbas, Ibnu Katsir, dan masih banyak lagi. Salah satu jenis kajian yang terus berkembang seiring perjalanan waktu adalah kajian ilmu tafsir. Dalam setiap kurun waktu tertentu, cabang ini telah menghasilkan pemikir-pemikir yang brilian yang telah mampu menjelaskan berbagai macam makna yang dikandung oleh Al Quran dan menghasilkan karya-karya besar.Diantar mereka ada DR. Muhammad Husain Az-Zahabi yang mana beliau adalah seorang yang mendedikasikan hidupnya untuk Al-Quran terlebih lagi dalam bidang ilmu Tafsir Al-Quran.

Namun tak banyak dari kita yang mengetahui siapakah beliau dan bagaimana metode beliau dalam mempelajari ilmu Tafsir. Untuk itu kami disini akan sedikit menuturkan bagaimana kah kehidupan beliau dari beliau lahir hingga beliau wafat. Sehingga dengan itu diharapkan kita dapat memahami dan mengetahui bagaimanakah perjuangan beliau dalam menuntut ilmu.

 

1.2  Rumusan Masalah

1.      Siapakah DR. Muhammad Husain az-Zahabi ?

2.      Apa sajakah karya DR. Muhhamd Husain az-Zahabi ?

 

1.3  Tujuan

1.      Mengetahui silsilah dan perjalanan Hidup DR. Muhammad Husain az-Zahabi

2.      Mengetahiu Karya Dr. Muhammad Husain az-Zahabi.

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1  Profil DR. Muhammad Husain az-Zahabi

 

Muhammad Husain al-Zahabi lahir di desa Muthubis di kota Kifir pada tanggal 19 Oktober 1915 atau 9 Zulhijjah 1333 H. Desa ini terletak di tepi utara sungai Nil. Sejak beliau kecil sudah menjadi seorang yang yatim karena ditinggal oleh wafat ayahnya. Sebagai gantinya yang menanggung hidup dan pendidikannya adalah kakaknya, Husein.

Dalam usia beliau yang masih belia beliau sudah hafal Al-Qur’an dan menyempurnakan hafalannya, serta memperoleh pengajaran dasar-dasar membaca dan menulis di desanya. Putra beliau Musthofa Muhammad al-Zahabi pernah menggambarkan kehidupannya, dengan satu gambaran yang sederhana.

 

“Desa Mathubis adalah tanah kelahiran Shaikh Muhammad Husain al-Zahabi, sebuah desa yang terletak di bagian sebelah timur sungai Nil dan termasuk bagian wilayah Kiffir Shaikh, sebuah wilayah sekitar lautan Mesir. Beliau adalah sangat bergantung hidupnya pada pertanian dan perdagangan”[1].

 

 Setelah menghafalkan Al-Qur’an di kampung halamannya, beliau melanjutkan studinya ke lembaga pendidikan Dasuq al-Dini. Karena kepiauwaiyan nya dalam ilmu selepas dari Lembaga tersebut, beliau ditunjuk sebagai imam dan khotib di berbagai masjid waqaf. Kemudian beliau memperoleh gelar doktoral dari fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar, Kairo pada tahun 1366 H / 1946 M dengan judul disertasinya “al-Tafsir Wa al-Mufassirun”. Yang juga buku tersebut kini telah banyak digunakan pegangan para penuntut ilmu dalam memahami ilmu ilmu tafsir al-Quran.

Pada tahun itu juga beliau bertugas sebagai dosen pengajar di lembaga pendidikan Mesir alDini, sampai pada akhirnya, secara bertahap beliau menjadi dekan di fakultas tersebut. Ada kalanya beliau diperbantukan mengajar di berbagai universitas disemenanjung Arab, sebagaimana beliau mengemban amanah sebagai penanggung jawab umum pada pusat studi (kajian atau penelitian) Islam. Beliau juga dipilih sebagai menteri waqaf dan urusan Universitas Al-Azhar di masa yang relatif sulit dalam sejarah perjalanan Mesir, sehingga waktu itu pemikiran agama yang ekstrim telah menyebar dan merajalela di sana. Dan sungguh beliau telah menjawabnya dan menghadapi mereka tentunya dengan kekuatan akidah dan pemahaman agama yang beliau miliki.

Pada tanggal 15 April 1975 beliau terpilih menjadi Mentri Waqaf. Namun beliau hanya bertahan satu tahun saja sampai pada tahun 1976. Walau hanya sebentar menjabat sebagai mentri, tetapi beliau telah menunjukkan sikap-sikap terpuji yang layak ditiru pemimpin manapun. Seperti beliau menolak security khusus di depan rumahnya, dan untuk setiap malam rumahnya selalu ramai dengan kajian-kajian Islam yang terbuka bagi siapa saja yang hendak mengikuti.

Husain Az-Zahabi termasuk salah satu ulama tahun tujuh puluhan yang memberikan seluruh ilmunya untuk meninggikan bendera Islam dan melawan kedhaliman dalam berbagai bentuk. Menurutnya dakwah Islam harus dilakukan dengan cara yang baik, bukan dengan kekerasan atau terorisme dan menurutnya penegakan hukum Islam adalah jalan keluar untuk segala problematika umat baik dalam akhlaq, politik ekonomi. Beliau juga memandang bahwa pemikiran Islam harus dibersihkan dari segala macam bentuk khurafat dan kesesatan dan hari ini suara kesesatan lebih kuat daripada suara kebenaran.

 

2.2  Pendidikan DR. Muhammad Husain az-Zahabi

Karir pendidikan al-Zahabi dimulai pada Madrasah Dasuq al-Dini (setara dengan Madrasah Tsanawiyah/MTs). Lalu melanjutkan ke lembaga pendidikan al Iskandariyah. Setelah menamatkan lembaga pendidikan setingkat Madrasah Aliyah di al-Azhar, ia melanjutkan di Universitas al-Azhar. Di sana ia mulai belajar dengan tokoh-tokoh ulama di zaman itu seperti Muhammad Musthafa al Maraghi, ‘Isa Manun, Muhammad Zahid al-Kutsari, Muhammad Habib al Shanqiti, Muhammad Khadir Husain dan lain-lain.

Beliau memperoleh Ijazah penghargaan dunia, dari fakultas syari’ah 1936 M, beliau termasuk lulusan terbaik dari 112 mahasiswa yang terdaftar, serta memperoleh sertifikat penghargaan dunia sebagai profesor terbaik dalam ilmu Al-Qur’an pada 15 februari 1947 M. Ia juga pernah mengajar di Universitas al-Azhar Mesir Fakultas Ushuluddin jurusanTafsir dan ilmu-ilmu Al-Qur’an hingga wafatnya pada 03 Juli 1977.

Dia lulus dari program Magister (S2) dan Doktoralnya pada konsentrasi Ilmu AlQur'an pada tahun 1946 M. pada Fakultas Ushuluddin Universitas Al Azhar Kairo dengan disertasi yang berjudul al-Tafsir wa al-Mufassirun. Setelah diterbitkan, Karya tersebut menjadi salah satu rujukan utama dalam bidang ilmu tafsir.

Setelah bergelar doktor, dia menjadi dosen di almamaternya sendiri di Fakultas Shari'ah Universitas Al-Azhar. Pada tahun 1367 H/ 1948 beliau ditugaskan mengajar di Saudi Arabia. Beliau berkeliling menjumpai ulama’-ulama’ besar di Universitas alAzhar sebelum misi pertamanya ke kota Taif kerajaan Arab Saudi untuk mengajar di Dar al-Tauhid, yang dipimpin oleh Shaikh Muhammad bin Mani’ pada waktu itu. Dalam rentang waktu tahun 1948 sampai 1952 beliau ditemani/didampingi oleh para mashayikh profesional senior semisal Shaikh Abdu al-Rozzaq Afifi, Shaikh Muhammad Nayl Dekan fakultas bahasa Arab, dan Shaikh Muhammad Abdul Wahab Buhairy, pengarang kitab al-Hiyal Fial-Shari’ah al-Islamiyah, Shaikh Muhammad Abu Zahi pengarang Kitab al Hadith wa al- Muhaddithu n, Shaikh Zaki Ghais dan Shaikh Sayyid al-Hakim.

Kemudian beliau ditugaskan mengajar di al-Madinah al-Munawwarah selama satu tahun, yaitu tahun 1951, sehingga beliau pertama kali dipertemukan dengan seorang yang alim dan memiliki spritualitas tinggi, yaitu Shaikh Abdul Aziz bin Baz. Kemudian beliau kembali mengajar di Universitas al-Azhar pada tahun 1371 H/1952 -1954. Juga beliau ditugaskan di Iraq untuk mengampu pelajaran di Fakultas Hak-hak Asasi 1955 M, dan fakultas Shari’ah di Baghdad 1961-1963 sehingga beliau menjadi ketua fakultas shari’ah tersebut.

Beliau mendapat mandat untuk menyusun dan mengajarkan tentang Ahwal alShakhsiyah di antara pengikut ahlu al-sunnah dan aliran ja’fariyah. Sebuah bukti yang menunjukkan bahwa beliau benar-benar mendalami/menguasai Ushulal-Fiqh berikut cabang-cabangnya, serta menguasai berbagai mazhab sebagaimana beliau dapat menunjukkan kecenderungannya pada salah satu mazhab tanpa harusfanatik pada mazhab Hanafi semata.

Karir Muhammad Husein Al-Zahabi di Universitas Al-Azhar bisa dikatakan cemerlang. Hal ini dibuktikan dengan beberapa posisi yang telah dia tempati. Pada tanggal 13 Dzulhijjah 1391 H/ 29 Januari 1972 beliau dipercaya sebagai asisten/pembantu umum Pusat Studi Islam dan pada tanggal 14 Sya’ban 1392 H / 22 September 1972 M. beliau ditunjuk sebagai dekan fakultasUshuluddin di Universitas alAzhar. Kemudian pada tanggal 10 Jumadil Ula 1394H/ 1 Juni 1974 beliau diberikan mandat sebagai Ketua Umum pada Pusat KajianIslam di Universitas al-Azhar.

Pada tanggal 3 Rabi’u Sani 1395 H./ 15 April 1975 M. Beliau diangkat sebagai menteri besar bidang waqaf dan urusan umum di Al-Azhar, namun beliau tidak lama memegang peranan itu lalu pada bulan Dz. Hijjah 1396 H/ bulan November 1976 beliau kembali menjadi Guru besar yang khusus di Fakultas Ushuluddin.

Pada tanggal 15 April 1975 beliau terpilih menjadi Mentri Waqaf. Namun beliau hanya bertahan satu tahun saja sampai pada tahun 1976. Walau hanya sebentar saja menjabat sebagai menteri, tetapi beliau telah menunjukkan sikap-sikap terpuji yang layak ditiru pemimpin manapun. Seperti beliau menolak security khusus di depan rumahnya, dan setiap malam rumahnya selalu ramai dengan kajian-kajian Islam yang terbuka bagi siapa saja.

Beliau dikenal dengan hasil penelitian yang kompeten dan monumental dalam bidang tafsir, dan karya terbesarnya, al-Tafsir wa al-Mufassirun terbilang penelitian r 2020). pertama yang mencakup semua pandangan beberapa ulama tafsir ataupun mufassir. Tidak seorang pun mendahului penelitian dalam bidang ini, sehingga beliau termasuk ulama muda aktual dan ilmuwan besar dalam pandangan para ulama’. Sungguh banyak ulama yang mengaguminya dan menuliskannya di makalah maupun majalah karena beliau dapat menuliskan perioderisasi mufassir sejak dari masa Nabi SAW sampai kepada masa sekarang.

Beliau menjelaskan pola pikir mereka tentang tafsir, hasil karya, cara-cara menafsirkan, serta penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan maupun cara pengambilan kesimpulan mereka. Dan kitab ini telah mengawali satu bab untuk menerangkan tentang banyak keterangan tentang metode penafsiran para mufassir.

 

2.3  Murid – Murid DR. Muhammad Husain az-Zahabi

Di antara hasil studi penelitian itu merupakan hasil bimbinganya. Telah banyak yang menjadi mahasiswa dan berguru kepada beliau, baik dari Mesir sendiri maupun dari luar Mesir, seperti negara-negara Islam arabiyah dari segala jenjang jurusan di universitas dan mahasiswa yang melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya. Bahkan banyak diantara mahasiswa di bawah asuhan beliau yang telah menjadi alumni dan telah mencapai gelar master maupun doktor dari Universitas al-Azhar sendiri, baik darimahasiswa Mesir maupun dari luar Mesir, seperti

1.      Doktor Sayyid Muhammad Dasuqi Abdul Khaliq

2.      Doktor Muhsin Abdul amid al-Iraqi

3.      Doktor Jaudah Muhammad alMahdi

4.      Doktor Abdul Wahhab Fayed

5.      Doktor al-Qashbi Mahmud Zalath

6.      Doktor Romzi ‘Ananah

7.      Doktor Abdul Mun’iem as-Syafi’ie

8.      Doktor Abdul Mu’thi Bayaumi.

 

2.4  Akhir Hayat DR. Muhammad Husain az-Zahabi

Perjalanan dakwah tak pernah lekang dari aral rintangan yang bisa sampai pada pembunuhan, dan itu beliau alami. Di zaman beliau muncul sekelompok orang yang sangat mudah mengkafirkan manusia dikarenakan bukan termassuk dalam golongannya, seperti yang terjadi dalam ajaran Jama’ah Takfir wal Hijrah pimpinan Sukri Musthafa di Mesir.[2]

WAMY dalam bukunya Al-Maushu’ah Al-Muyassarah fil Adyan wal Mazahib wal Ahzab Al-Mu’ashirah memasukkan kelompok ini dalam pembahasan kelompok-kelompok yang ekstrim. Di antara ideologinya; mengkafirkan orang yang tidak bergabung dengan kelompoknya, mengkafirkan penguasa tanpa ada perincian, dalil berupa ijma’, qiyas, mashalih mursalah, istihsan dianggap sebagai bentuk kemusyrikan, menolak penafsiran dan pendapat para ulama terdahulu, menyatakan tidak wajib shalat di masjid-masjid yang ada sekarang karena masjid-masjid tersebut dianggap masjid dhirar.

Dikarenakan sikap Husain Az-Zahabi yang kritis terhadap keyakinan kelompok tersebut, maka kelompok ini mengeluarkan fatwa bahwa darah Muhammad Husain Az-Zahabi halal dan mereka memutuskan untuk menculik dan membunuhnya. Akhirnya penulis buku monumental Tafsir wal Mufassirun tersebut wafat di tangan mereka pada tanggal 4 Juli 1977.

Jasad beliau dishalatkan di masjid jami’ Al-Azhar dan yang menjadi imamnya Syaikh Shalih Al-Ja’fari. Beribu-ribu orang ikut menshalatkannya dari teman, murid-murid dan orang-orang yang mengenalnya dan mengetahui budi pekertinya. Sebagai pernghormatan baginya, jasad beliau dimakamkan di komplek makam keluarga Imam Syafi’i.

 

2.5  Karya – Karya DR. Muhammad Husain az-Zahabi

Sebagai seorang yang konsen dalam dunia keilmuan tentulah beliau telah menulis beberapa karya yang tentunya sangat bermanfaat bagi kita dimasa depat. Di antara karangan-karangan beliau adalah:[3]

1.      Tafsir wal Mufassirun

2.      Al-Israiliyat Fit Tafsir wal Hadits

3.      Al-Ittihajat Al-Munhafirah Fit Tafsir

4.      Ibnu Arabi wa Tafsirul Quran

5.      Al-Wahyu

6.      Muqaddimah Fi Ulumil Quran

7.      Muqaddimah Fi Ulumil Hadits

8.      Atsaru Iqamatul Hudud Fi Istiqraril Mujtama’

9.      Maliyah Ad-Daulah Al-Islamiyyah

10.  Mauqiful Muslim Fid Diyanat As-Samawiyah

11.  Ahwal As-Saykhshiyyah Baina Ahlus Sunnah wal Ja’fariyyah

 


 

BAB III

PENUTUP

 

Kesimpulan

 

Kitab Al Quran yang merupakan pusat ajaran Islam telah menjadi bahan pengkajian yang tidak pernah kering. Ia selalu digali agar ditemukan berbagai mutiara dari dalam kandungannya. Sepanjang perjalanan sejarah Al Quran, berbagai kalangan telah  menumpahkan segenap waktu, tenaga dan fikirannya untuk selalu dapat berinteraksi dengan kalam yang mulia tersebut. Semakin intens perhatian yang diarahkan kepadanya, semakin besar daya tarik yang ia pancarkan dan daya tarik tersebut tidak pernah habis dan selalu tampak menarik bagaikan kilauan sudut permata yang begitu indah.

Salah satu jenis kajian yang terus berkembang seiring perjalanan waktu adalah kajian ilmu tafsir. Dalam setiap kurun waktu tertentu, cabang ini telah menghasilkan pemikir-pemikir yang brilian yang telah mampu menjelaskan berbagai macam makna yang dikandung oleh Al Quran dan menghasilkan karya-karya besar.

Tak pelak lagi, nama Husain Az-Zahabi menjadi salah satu nama yang paling popular dalam memperlajari ilmu-ilmu tafsir lewat bukunya Tafsir wal Mufasirun yang banyak menjadi rujukan mahasiswa Islam di seluruh dunia dalam bidang tafsir.



[1] Abdul Basit, Al-Zahabi, dalam http://vb.tafsir.net/tafsir5830/#.V5bIdkuLRH0 (diakses pada 19 Oktober 2020).

[2] http://fimadani.com/muhammad-husain-az-zahabi-seorang-referensi-peneliti-bidang-tafsir/

[3] https://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2012/03/21/muhammad-husain-az-zahabi-dan-perannya-dalam-pengembangan-studi-metode-tafsir/

0 komentar:

Post a Comment