BAB I
PENDAHULUAN
Al-Quran
adalah kitab terakhir yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi terakhir pula
yaitu Nabi Muhammad SAW. Didalamnya terdapat petunjuk bagi umat manusia untuk
mejalani kehidupannya didunia untuk menggapai kesuksesan diakhirat kelak. Maka
dari itu dibutuhkan sebuah penjelasan yang baik sehingga dapat dengan mudah
dipahami oleh setiap manusia. Tafsir al-Quran adalah salah satu cabang ilmu
pengetahuan yang bertujuan untuk memahami apa sajakah yang terkandung dalam
Al-Quran. Sehingga diharapkan setiap pembacanya dapat mendapatkan petunjuk yang
sesuai denga napa yang diperintahkan Allah SWT.
Ada banyak
sekali orang-orang yang diberikan kelebihan oleh Allah SWT sehingga dapat
mempelajari ilmu tersebut. Diantaranya ada Ibnu Abbas, Ibnu Katsir, dan masih
banyak lagi. Salah satu jenis kajian yang terus berkembang seiring perjalanan
waktu adalah kajian ilmu tafsir. Dalam setiap kurun waktu tertentu, cabang ini
telah menghasilkan pemikir-pemikir yang brilian yang telah mampu menjelaskan
berbagai macam makna yang dikandung oleh Al Quran dan menghasilkan karya-karya
besar.Diantar mereka ada DR. Muhammad Husain Az-Zahabi yang mana beliau adalah
seorang yang mendedikasikan hidupnya untuk Al-Quran terlebih lagi dalam bidang
ilmu Tafsir Al-Quran.
Namun tak
banyak dari kita yang mengetahui siapakah beliau dan bagaimana metode beliau
dalam mempelajari ilmu Tafsir. Untuk itu kami disini akan sedikit menuturkan
bagaimana kah kehidupan beliau dari beliau lahir hingga beliau wafat. Sehingga
dengan itu diharapkan kita dapat memahami dan mengetahui bagaimanakah
perjuangan beliau dalam menuntut ilmu.
1. Siapakah DR.
Muhammad Husain az-Zahabi ?
2. Apa sajakah
karya DR. Muhhamd Husain az-Zahabi ?
1. Mengetahui
silsilah dan perjalanan Hidup DR. Muhammad Husain az-Zahabi
2. Mengetahiu
Karya Dr. Muhammad Husain az-Zahabi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Profil DR.
Muhammad Husain az-Zahabi
Muhammad Husain al-Zahabi lahir di desa Muthubis di kota Kifir pada
tanggal 19 Oktober 1915 atau 9 Zulhijjah 1333 H. Desa ini terletak di tepi
utara sungai Nil. Sejak beliau kecil sudah menjadi seorang yang yatim karena
ditinggal oleh wafat ayahnya. Sebagai gantinya yang menanggung hidup dan
pendidikannya adalah kakaknya, Husein.
Dalam usia beliau yang masih belia beliau sudah hafal Al-Qur’an dan
menyempurnakan hafalannya, serta memperoleh pengajaran dasar-dasar membaca dan
menulis di desanya. Putra beliau Musthofa Muhammad al-Zahabi pernah
menggambarkan kehidupannya, dengan satu gambaran yang sederhana.
“Desa Mathubis adalah tanah
kelahiran Shaikh Muhammad Husain al-Zahabi, sebuah desa yang terletak di bagian
sebelah timur sungai Nil dan termasuk bagian wilayah Kiffir Shaikh, sebuah
wilayah sekitar lautan Mesir. Beliau adalah sangat bergantung hidupnya pada
pertanian dan perdagangan”[1].
Setelah menghafalkan
Al-Qur’an di kampung halamannya, beliau melanjutkan studinya ke lembaga
pendidikan Dasuq al-Dini. Karena kepiauwaiyan nya dalam ilmu selepas dari
Lembaga tersebut, beliau ditunjuk sebagai imam dan khotib di berbagai masjid
waqaf. Kemudian beliau memperoleh gelar doktoral dari fakultas Ushuluddin
Universitas Al-Azhar, Kairo pada tahun 1366 H / 1946 M dengan judul
disertasinya “al-Tafsir Wa al-Mufassirun”. Yang juga buku tersebut kini
telah banyak digunakan pegangan para penuntut ilmu dalam memahami ilmu ilmu
tafsir al-Quran.
Pada tahun itu juga beliau bertugas sebagai dosen pengajar di
lembaga pendidikan Mesir alDini, sampai pada akhirnya, secara bertahap beliau
menjadi dekan di fakultas tersebut. Ada kalanya beliau diperbantukan mengajar
di berbagai universitas disemenanjung Arab, sebagaimana beliau mengemban amanah
sebagai penanggung jawab umum pada pusat studi (kajian atau penelitian) Islam.
Beliau juga dipilih sebagai menteri waqaf dan urusan Universitas Al-Azhar di
masa yang relatif sulit dalam sejarah perjalanan Mesir, sehingga waktu itu
pemikiran agama yang ekstrim telah menyebar dan merajalela di sana. Dan sungguh
beliau telah menjawabnya dan menghadapi mereka tentunya dengan kekuatan akidah
dan pemahaman agama yang beliau miliki.
Pada tanggal 15 April 1975 beliau terpilih menjadi Mentri Waqaf.
Namun beliau hanya bertahan satu tahun saja sampai pada tahun 1976. Walau hanya
sebentar menjabat sebagai mentri, tetapi beliau telah menunjukkan sikap-sikap
terpuji yang layak ditiru pemimpin manapun. Seperti beliau menolak security
khusus di depan rumahnya, dan untuk setiap malam rumahnya selalu ramai dengan
kajian-kajian Islam yang terbuka bagi siapa saja yang hendak mengikuti.
Husain Az-Zahabi termasuk salah satu ulama tahun tujuh puluhan yang
memberikan seluruh ilmunya untuk meninggikan bendera Islam dan melawan
kedhaliman dalam berbagai bentuk. Menurutnya dakwah Islam harus dilakukan
dengan cara yang baik, bukan dengan kekerasan atau terorisme dan menurutnya
penegakan hukum Islam adalah jalan keluar untuk segala problematika umat baik
dalam akhlaq, politik ekonomi. Beliau juga memandang bahwa pemikiran Islam
harus dibersihkan dari segala macam bentuk khurafat dan kesesatan dan hari ini
suara kesesatan lebih kuat daripada suara kebenaran.
2.2 Pendidikan DR. Muhammad Husain
az-Zahabi
Karir pendidikan al-Zahabi dimulai pada Madrasah Dasuq al-Dini
(setara dengan Madrasah Tsanawiyah/MTs). Lalu melanjutkan ke lembaga pendidikan
al Iskandariyah. Setelah menamatkan lembaga pendidikan setingkat Madrasah
Aliyah di al-Azhar, ia melanjutkan di Universitas al-Azhar. Di sana ia mulai
belajar dengan tokoh-tokoh ulama di zaman itu seperti Muhammad Musthafa al
Maraghi, ‘Isa Manun, Muhammad Zahid al-Kutsari, Muhammad Habib al Shanqiti,
Muhammad Khadir Husain dan lain-lain.
Beliau memperoleh Ijazah penghargaan dunia, dari fakultas syari’ah
1936 M, beliau termasuk lulusan terbaik dari 112 mahasiswa yang terdaftar,
serta memperoleh sertifikat penghargaan dunia sebagai profesor terbaik dalam
ilmu Al-Qur’an pada 15 februari 1947 M. Ia juga pernah mengajar di Universitas
al-Azhar Mesir Fakultas Ushuluddin jurusanTafsir dan ilmu-ilmu Al-Qur’an hingga
wafatnya pada 03 Juli 1977.
Dia lulus dari program Magister (S2) dan Doktoralnya pada
konsentrasi Ilmu AlQur'an pada tahun 1946 M. pada Fakultas Ushuluddin
Universitas Al Azhar Kairo dengan disertasi yang berjudul al-Tafsir wa
al-Mufassirun. Setelah diterbitkan, Karya tersebut menjadi salah satu rujukan utama
dalam bidang ilmu tafsir.
Setelah bergelar doktor, dia menjadi dosen di almamaternya sendiri
di Fakultas Shari'ah Universitas Al-Azhar. Pada tahun 1367 H/ 1948 beliau
ditugaskan mengajar di Saudi Arabia. Beliau berkeliling menjumpai ulama’-ulama’
besar di Universitas alAzhar sebelum misi pertamanya ke kota Taif kerajaan Arab
Saudi untuk mengajar di Dar al-Tauhid, yang dipimpin oleh Shaikh Muhammad bin
Mani’ pada waktu itu. Dalam rentang waktu tahun 1948 sampai 1952 beliau
ditemani/didampingi oleh para mashayikh profesional senior semisal Shaikh Abdu
al-Rozzaq Afifi, Shaikh Muhammad Nayl Dekan fakultas bahasa Arab, dan Shaikh
Muhammad Abdul Wahab Buhairy, pengarang kitab al-Hiyal Fial-Shari’ah
al-Islamiyah, Shaikh Muhammad Abu Zahi pengarang Kitab al Hadith wa al-
Muhaddithu n, Shaikh Zaki Ghais dan Shaikh Sayyid al-Hakim.
Kemudian beliau ditugaskan mengajar di al-Madinah al-Munawwarah
selama satu tahun, yaitu tahun 1951, sehingga beliau pertama kali dipertemukan
dengan seorang yang alim dan memiliki spritualitas tinggi, yaitu Shaikh Abdul
Aziz bin Baz. Kemudian beliau kembali mengajar di Universitas al-Azhar pada
tahun 1371 H/1952 -1954. Juga beliau ditugaskan di Iraq untuk mengampu
pelajaran di Fakultas Hak-hak Asasi 1955 M, dan fakultas Shari’ah di Baghdad
1961-1963 sehingga beliau menjadi ketua fakultas shari’ah tersebut.
Beliau mendapat mandat untuk menyusun dan mengajarkan tentang Ahwal
alShakhsiyah di antara pengikut ahlu al-sunnah dan aliran ja’fariyah. Sebuah
bukti yang menunjukkan bahwa beliau benar-benar mendalami/menguasai
Ushulal-Fiqh berikut cabang-cabangnya, serta menguasai berbagai mazhab
sebagaimana beliau dapat menunjukkan kecenderungannya pada salah satu mazhab
tanpa harusfanatik pada mazhab Hanafi semata.
Karir Muhammad Husein Al-Zahabi di Universitas Al-Azhar bisa
dikatakan cemerlang. Hal ini dibuktikan dengan beberapa posisi yang telah dia
tempati. Pada tanggal 13 Dzulhijjah 1391 H/ 29 Januari 1972 beliau dipercaya
sebagai asisten/pembantu umum Pusat Studi Islam dan pada tanggal 14 Sya’ban
1392 H / 22 September 1972 M. beliau ditunjuk sebagai dekan fakultasUshuluddin
di Universitas alAzhar. Kemudian pada tanggal 10 Jumadil Ula 1394H/ 1 Juni 1974
beliau diberikan mandat sebagai Ketua Umum pada Pusat KajianIslam di
Universitas al-Azhar.
Pada tanggal 3 Rabi’u Sani 1395 H./ 15 April 1975 M. Beliau
diangkat sebagai menteri besar bidang waqaf dan urusan umum di Al-Azhar, namun
beliau tidak lama memegang peranan itu lalu pada bulan Dz. Hijjah 1396 H/ bulan
November 1976 beliau kembali menjadi Guru besar yang khusus di Fakultas
Ushuluddin.
Pada tanggal 15 April 1975 beliau terpilih menjadi Mentri Waqaf.
Namun beliau hanya bertahan satu tahun saja sampai pada tahun 1976. Walau hanya
sebentar saja menjabat sebagai menteri, tetapi beliau telah menunjukkan
sikap-sikap terpuji yang layak ditiru pemimpin manapun. Seperti beliau menolak
security khusus di depan rumahnya, dan setiap malam rumahnya selalu ramai
dengan kajian-kajian Islam yang terbuka bagi siapa saja.
Beliau dikenal dengan hasil penelitian yang kompeten dan monumental
dalam bidang tafsir, dan karya terbesarnya, al-Tafsir wa al-Mufassirun
terbilang penelitian r 2020). pertama yang mencakup semua pandangan beberapa
ulama tafsir ataupun mufassir. Tidak seorang pun mendahului penelitian dalam
bidang ini, sehingga beliau termasuk ulama muda aktual dan ilmuwan besar dalam
pandangan para ulama’. Sungguh banyak ulama yang mengaguminya dan menuliskannya
di makalah maupun majalah karena beliau dapat menuliskan perioderisasi mufassir
sejak dari masa Nabi SAW sampai kepada masa sekarang.
Beliau menjelaskan pola pikir mereka tentang tafsir, hasil karya,
cara-cara menafsirkan, serta penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan maupun
cara pengambilan kesimpulan mereka. Dan kitab ini telah mengawali satu bab
untuk menerangkan tentang banyak keterangan tentang metode penafsiran para
mufassir.
2.3 Murid – Murid DR. Muhammad Husain
az-Zahabi
Di antara hasil studi penelitian itu merupakan hasil bimbinganya.
Telah banyak yang menjadi mahasiswa dan berguru kepada beliau, baik dari Mesir
sendiri maupun dari luar Mesir, seperti negara-negara Islam arabiyah dari
segala jenjang jurusan di universitas dan mahasiswa yang melanjutkan ke jenjang
pendidikan berikutnya. Bahkan banyak diantara mahasiswa di bawah asuhan beliau
yang telah menjadi alumni dan telah mencapai gelar master maupun doktor dari
Universitas al-Azhar sendiri, baik darimahasiswa Mesir maupun dari luar Mesir,
seperti
1.
Doktor Sayyid Muhammad Dasuqi Abdul Khaliq
2.
Doktor Muhsin Abdul amid al-Iraqi
3.
Doktor Jaudah Muhammad alMahdi
4.
Doktor Abdul Wahhab Fayed
5.
Doktor al-Qashbi Mahmud Zalath
6.
Doktor Romzi ‘Ananah
7.
Doktor Abdul Mun’iem as-Syafi’ie
8.
Doktor Abdul Mu’thi Bayaumi.
2.4 Akhir Hayat DR. Muhammad Husain
az-Zahabi
Perjalanan dakwah tak pernah lekang dari aral rintangan yang bisa
sampai pada pembunuhan, dan itu beliau alami. Di zaman beliau muncul sekelompok
orang yang sangat mudah mengkafirkan manusia dikarenakan bukan termassuk dalam
golongannya, seperti yang terjadi dalam ajaran Jama’ah Takfir wal Hijrah
pimpinan Sukri Musthafa di Mesir.[2]
WAMY dalam bukunya Al-Maushu’ah Al-Muyassarah fil Adyan wal Mazahib
wal Ahzab Al-Mu’ashirah memasukkan kelompok ini dalam pembahasan
kelompok-kelompok yang ekstrim. Di antara ideologinya; mengkafirkan orang yang
tidak bergabung dengan kelompoknya, mengkafirkan penguasa tanpa ada perincian,
dalil berupa ijma’, qiyas, mashalih mursalah, istihsan dianggap sebagai bentuk
kemusyrikan, menolak penafsiran dan pendapat para ulama terdahulu, menyatakan
tidak wajib shalat di masjid-masjid yang ada sekarang karena masjid-masjid
tersebut dianggap masjid dhirar.
Dikarenakan sikap Husain Az-Zahabi yang kritis terhadap keyakinan
kelompok tersebut, maka kelompok ini mengeluarkan fatwa bahwa darah Muhammad
Husain Az-Zahabi halal dan mereka memutuskan untuk menculik dan membunuhnya.
Akhirnya penulis buku monumental Tafsir wal Mufassirun tersebut wafat di tangan
mereka pada tanggal 4 Juli 1977.
Jasad beliau dishalatkan di masjid jami’ Al-Azhar dan yang menjadi
imamnya Syaikh Shalih Al-Ja’fari. Beribu-ribu orang ikut menshalatkannya dari
teman, murid-murid dan orang-orang yang mengenalnya dan mengetahui budi
pekertinya. Sebagai pernghormatan baginya, jasad beliau dimakamkan di komplek
makam keluarga Imam Syafi’i.
2.5 Karya – Karya DR. Muhammad Husain
az-Zahabi
Sebagai seorang yang konsen dalam dunia keilmuan tentulah beliau
telah menulis beberapa karya yang tentunya sangat bermanfaat bagi kita dimasa
depat. Di antara karangan-karangan beliau adalah:[3]
1.
Tafsir wal Mufassirun
2.
Al-Israiliyat Fit Tafsir wal Hadits
3.
Al-Ittihajat Al-Munhafirah Fit Tafsir
4.
Ibnu Arabi wa Tafsirul Quran
5.
Al-Wahyu
6.
Muqaddimah Fi Ulumil Quran
7.
Muqaddimah Fi Ulumil Hadits
8.
Atsaru Iqamatul Hudud Fi Istiqraril Mujtama’
9.
Maliyah Ad-Daulah Al-Islamiyyah
10.
Mauqiful Muslim Fid Diyanat As-Samawiyah
11.
Ahwal As-Saykhshiyyah Baina Ahlus Sunnah wal Ja’fariyyah
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kitab
Al Quran yang merupakan pusat ajaran Islam telah menjadi bahan pengkajian yang
tidak pernah kering. Ia selalu digali agar ditemukan berbagai mutiara dari
dalam kandungannya. Sepanjang perjalanan sejarah Al Quran, berbagai kalangan
telah menumpahkan segenap waktu, tenaga
dan fikirannya untuk selalu dapat berinteraksi dengan kalam yang mulia
tersebut. Semakin intens perhatian yang diarahkan kepadanya, semakin besar daya
tarik yang ia pancarkan dan daya tarik tersebut tidak pernah habis dan selalu
tampak menarik bagaikan kilauan sudut permata yang begitu indah.
Salah
satu jenis kajian yang terus berkembang seiring perjalanan waktu adalah kajian
ilmu tafsir. Dalam setiap kurun waktu tertentu, cabang ini telah menghasilkan
pemikir-pemikir yang brilian yang telah mampu menjelaskan berbagai macam makna
yang dikandung oleh Al Quran dan menghasilkan karya-karya besar.
Tak
pelak lagi, nama Husain Az-Zahabi menjadi salah satu nama yang paling popular
dalam memperlajari ilmu-ilmu tafsir lewat bukunya Tafsir wal Mufasirun yang
banyak menjadi rujukan mahasiswa Islam di seluruh dunia dalam bidang tafsir.
[1]
Abdul Basit, Al-Zahabi, dalam http://vb.tafsir.net/tafsir5830/#.V5bIdkuLRH0
(diakses pada 19 Oktober 2020).
[2] http://fimadani.com/muhammad-husain-az-zahabi-seorang-referensi-peneliti-bidang-tafsir/
[3] https://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2012/03/21/muhammad-husain-az-zahabi-dan-perannya-dalam-pengembangan-studi-metode-tafsir/
0 komentar:
Post a Comment