A.
Contoh menafsirkan Al-Qur’an dengan
Al-Quran
1.
Surat
al-an’am ayat 82
اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَمْ
يَلْبِسُوْٓا اِيْمَانَهُمْ بِظُلْمٍ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمُ الْاَمْنُ وَهُمْ
مُّهْتَدُوْنَ ࣖ - ٨٢
Orang-orang
yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka
itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.
Ditafsirkan
menggunakan Surat Luqman ayat 13
وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ
وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ
عَظِيْمٌ - ١٣
Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata
kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku!
Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
2. Surat Al-Maidah ayat 1
يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَوْفُوْا بِالْعُقُوْدِۗ اُحِلَّتْ لَكُمْ بَهِيْمَةُ
الْاَنْعَامِ اِلَّا مَا يُتْلٰى عَلَيْكُمْ غَيْرَ مُحِلِّى الصَّيْدِ وَاَنْتُمْ
حُرُمٌۗ اِنَّ اللّٰهَ يَحْكُمُ مَا يُرِيْدُ - ١
Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah
janji-janji. Hewan ternak dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disebutkan
kepadamu, dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang berihram (haji
atau umrah). Sesungguhnya Allah menetapkan hukum sesuai dengan yang Dia
kehendaki.
Ditafsirkan dengan surat Al-maidah ayat 3
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ
الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيْرِ وَمَآ اُهِلَّ لِغَيْرِ اللّٰهِ
بِهٖ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوْذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيْحَةُ
وَمَآ اَكَلَ السَّبُعُ اِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْۗ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ
وَاَنْ تَسْتَقْسِمُوْا بِالْاَزْلَامِۗ ذٰلِكُمْ فِسْقٌۗ اَلْيَوْمَ يَىِٕسَ
الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ دِيْنِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِۗ اَلْيَوْمَ
اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ
لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ فَمَنِ اضْطُرَّ فِيْ مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ
لِّاِثْمٍۙ فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ - ٣
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai,
darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah,
yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam
binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula) yang
disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi nasib dengan azlam
(anak panah), (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang
kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu
takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan
agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai
Islam sebagai agamamu. Tetapi barangsiapa terpaksa karena lapar, bukan karena
ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
3. Surat Al-Baqarah ayat 37
فَتَلَقّٰٓى اٰدَمُ مِنْ رَّبِّهٖ
كَلِمٰتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ ۗ اِنَّهٗ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ - ٣٧
Kemudian Adam menerima beberapa kalimat
dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima tobatnya. Sungguh, Allah Maha Penerima
tobat, Maha Penyayang.
Ditafsirkan
dengan surat Al-A’raf ayat 23
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَآ
اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ
الْخٰسِرِيْنَ - ٢٣
Keduanya berkata, “Ya Tuhan kami, kami
telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan
memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.”
4.
Surat Ad-Dukhan ayat 3
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ
لَيْلَةٍ مُّبٰرَكَةٍ اِنَّا كُنَّا مُنْذِرِيْنَ - ٣
Sesungguhnya Kami menurunkannya pada
malam yang diberkahi. ) Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan.
Ditafsirkan
menggunakan surat Al-Qadr ayat 1
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ
لَيْلَةِ الْقَدْرِ - ١
Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam qadar.
5.
Surat
At-Thariq ayat 1
وَالسَّمَاۤءِ وَالطَّارِقِۙ - ١
Demi
langit dan yang datang pada malam hari.
Ditafsirkan
dengan menggunakan surat At-Thariq ayat 3
النَّجْمُ الثَّاقِبُۙ - ٣
(yaitu)
bintang yang bersinar tajam,
B.
Menafsirkan Al-Quran dengan Sunnah.
1.
Surat
Al-fatihah ayat 4
مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ - ٤
Pemilik
hari pembalasan.
Ditafsirkan
dengan hadist Riwayat Muslim no 3993
حَدَّثَنَا
سَعِيدُ بْنُ عَمْرٍو الْأَشْعَثِيُّ وَأَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ وَأَبُو بَكْرِ
بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَاللَّفْظُ لِأَحْمَدَ قَالَ الْأَشْعَثِيُّ أَخْبَرَنَا و
قَالَ الْآخَرَانِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ
عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ أَخْنَعَ اسْمٍ عِنْدَ
اللَّهِ رَجُلٌ تَسَمَّى مَلِكَ الْأَمْلَاكِ زَادَ ابْنُ أَبِي شَيْبَةَ فِي
رِوَايَتِهِ لَا مَالِكَ إِلَّا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
قَالَ
الْأَشْعَثِيُّ قَالَ سُفْيَانُ مِثْلُ شَاهَانْ شَاهْ و قَالَ أَحْمَدُ بْنُ
حَنْبَلٍ سَأَلْتُ أَبَا عَمْرٍو عَنْ أَخْنَعَ فَقَالَ أَوْضَعَ
Terjemahan :
Telah menceritakan kepada kami [Sa’id bin ‘Amru Al Asy’atsi] dan
[Ahmad bin Hanbal] serta [Abu Bakr bin Abu Syaibah]; Dan lafazh ini milik
Ahmad. [Al Asy’atsi] berkata; Telah mengabarkan kepada kami. Sedangkan yang
lainnya berkata; Telah menceritakan kepada kami [Sufyan bin ‘Uyainah] dari [Abu
Az Zinad] dari [Al A’raj] dari [Abu Hurairah] dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam beliau bersabda: “Sesungguhnya nama yang terburuk di sisi Allah Ta’ala
ialah nama “Malikul Amlak” (Maha Raja Diraja); Ibnu Abu Syaibah menambahkan
dalam riwayatnya; Tidak ada Raja selain Allah Azza wa Jalla. Al Asy’atsi
berkata; Sufyan berkata seperti ‘Syahan Syah’ (Raja Diraja, persia). Dan Ahmad
bin Hanbal berkata; Aku bertanya kepada Abu Amru mengenai arti ‘Akhna’ dia
menjawab; Artinya adalah ‘Audha’ (paling buruk, paling rendahan, paling jorok).
2.
Surat
Al-Baqarah ayat 30
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى
الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا
وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ
اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ - ٣٠
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman
kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata,
“Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di
sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia
berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Ditafsirkan
menggunakan Hadist Riwayat Muslim 5075
صحيح مسلم ٥٠٧٥: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ
الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ هَمَّامِ بْنِ مُنَبِّهٍ قَالَ هَذَا مَا
حَدَّثَنَا بِهِ أَبُو هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَذَكَرَ أَحَادِيثَ مِنْهَا
وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَلَقَ اللَّهُ
عَزَّ وَجَلَّ آدَمَ عَلَى صُورَتِهِ طُولُهُ سِتُّونَ ذِرَاعًا فَلَمَّا خَلَقَهُ
قَالَ اذْهَبْ فَسَلِّمْ عَلَى أُولَئِكَ النَّفَرِ وَهُمْ نَفَرٌ مِنْ
الْمَلَائِكَةِ جُلُوسٌ فَاسْتَمِعْ مَا يُجِيبُونَكَ فَإِنَّهَا تَحِيَّتُكَ
وَتَحِيَّةُ ذُرِّيَّتِكَ قَالَ فَذَهَبَ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ فَقَالُوا
السَّلَامُ عَلَيْكَ وَرَحْمَةُ اللَّهِ قَالَ فَزَادُوهُ وَرَحْمَةُ اللَّهِ
قَالَ فَكُلُّ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ آدَمَ وَطُولُهُ سِتُّونَ ذِرَاعًا
فَلَمْ يَزَلْ الْخَلْقُ يَنْقُصُ بَعْدَهُ حَتَّى الْآنَ
Shahih Muslim 5075: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rafi'
telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaq telah mengkhabarkan kepada kami
Ma'mar dari Hammam bin Munabbih berkata: Inilah yang diceritakan oleh Abu
Hurairah kepada kami dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam, ia menyebut
beberapa hadits diantaranya: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda:
"Allah 'azza wa jalla menciptakan Adam seperti wujudnya, panjangnya
enampuluh dzira'. Setelah menciptakannya, Allah berfirman: 'Pergilah lalu
ucapkan salam pada mereka itu, mereka adalah kelompok malaikat yang tengah
duduk lalu dengarkan jawaban mereka, itulah salammu dan salam
keturunanmu." Beliau bersabda: "Adam pergi lalu mengucapkan:
'ASSALAAMU'ALAIKUM?' Mereka menjawab: 'ASSALAAMU 'ALAIKA WA
RAHMATULLAAH.'" Beliau bersabda: "Mereka menambahi: 'WA
RAHMATULLAAH.'" Beliau bersabda: "Setiap orang yang masuk surga
wujudnya seperti Adam, panjangnya enampuluh dzira' dan setelahnya (Adam) postur
tubuh (manusia) terus berkurang hingga sekarang."
3. Surat Al-Baqarah ayat 50
وَاِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ
الْبَحْرَ فَاَنْجَيْنٰكُمْ وَاَغْرَقْنَآ اٰلَ فِرْعَوْنَ وَاَنْتُمْ
تَنْظُرُوْنَ - ٥٠
Dan (ingatlah) ketika Kami membelah laut
untukmu, sehingga kamu dapat Kami selamatkan dan Kami tenggelamkan (Fir‘aun
dan) pengikut-pengikut Fir‘aun, sedang kamu menyaksikan.
Ditafsirkan
dengan menggunakan HR Muslim 1910
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا هُشَيْمٌ عَنْ
أَبِي بِشْرٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمَا قَالَ قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
الْمَدِينَةَ فَوَجَدَ الْيَهُودَ يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَسُئِلُوا عَنْ
ذَلِكَ فَقَالُوا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي أَظْهَرَ اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَبَنِي
إِسْرَائِيلَ عَلَى فِرْعَوْنَ فَنَحْنُ نَصُومُهُ تَعْظِيمًا لَهُ فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْنُ أَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ
فَأَمَرَ بِصَوْمِهِ و حَدَّثَنَاه ابْنُ بَشَّارٍ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ نَافِعٍ
جَمِيعًا عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جَعْفَرٍ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ أَبِي بِشْرٍ بِهَذَا
الْإِسْنَادِ وَقَالَ فَسَأَلَهُمْ عَنْ ذَلِكَ
Telah menceritakan
kepada kami [Yahya bin Yahya] telah mengabarkan kepada kami [Husyaim] dari [Abu
Bisyr] dari [Sa'id bin Jubair] dari [Ibnu Abbas] radliallahu 'anhuma, ia
berkata; Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam belum lama tiba di
Madinah, didapatinya orang-orang Yahudi berpuasa pada hari 'Asyura`. Lalu
mereka pun ditanya (alasan apa mereka berpuasa di hari itu). Mereka menjawab,
"Hari ini adalah hari kemenangan Musa dan Bani Isra`il atas Fir'aun.
Karena itu, kami puasa pada hari ini untuk menghormati Musa." Maka Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam pun bersabda: "Sesungguhnya kami lebih pantas
untuk memuliakan Musa daripada kalian." lalu beliau perintahkan agar kaum
muslimin puasa pada hari 'Asyura`. Dan Telah meceritakannya kepada kami [Ibnu
Basysyar] dan [Abu Bakr bin Nafi'] semuanya dari [Muhammad bin Ja'far] dari
[Syu'bah] dari [Abu Bisyr] dengan isnad ini, dan ia mengatakan; Maka beliau pun
menanyakan hal itu pada mereka.
4.
Surat Al-Muthaffifin ayat 25
يُسْقَوْنَ مِنْ رَّحِيْقٍ مَّخْتُوْمٍۙ - ٢٥
Mereka
diberi minum dari khamar murni (tidak memabukkan) yang (tempatnya) masih dilak
(disegel),
Ditafsirkan dengan
menggunakan HR Muslim 3662
حَدَّثَنِي
أَبُو الرَّبِيعِ سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ الْعَتَكِيُّ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ
يَعْنِي ابْنَ زَيْدٍ أَخْبَرَنَا ثَابِتٌ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كُنْتُ
سَاقِيَ الْقَوْمِ يَوْمَ حُرِّمَتْ الْخَمْرُ فِي بَيْتِ أَبِي طَلْحَةَ وَمَا
شَرَابُهُمْ إِلَّا الْفَضِيخُ الْبُسْرُ وَالتَّمْرُ فَإِذَا مُنَادٍ يُنَادِي
فَقَالَ اخْرُجْ فَانْظُرْ فَخَرَجْتُ فَإِذَا مُنَادٍ يُنَادِي أَلَا إِنَّ
الْخَمْرَ قَدْ حُرِّمَتْ قَالَ فَجَرَتْ فِي سِكَكِ الْمَدِينَةِ فَقَالَ لِي
أَبُو طَلْحَةَ اخْرُجْ فَاهْرِقْهَا فَهَرَقْتُهَا فَقَالُوا أَوْ قَالَ
بَعْضُهُمْ قُتِلَ فُلَانٌ قُتِلَ فُلَانٌ وَهِيَ فِي بُطُونِهِمْ قَالَ فَلَا
أَدْرِي هُوَ مِنْ حَدِيثِ أَنَسٍ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ { لَيْسَ
عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جُنَاحٌ فِيمَا طَعِمُوا إِذَا
مَا اتَّقَوْا وَآمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ }
Telah menceritakan
kepadaku [Abu Ar Rabi' Sulaiman bin Daud Al 'Ataki] telah menceritakan kepada
kami [Hammad] -yaitu Ibnu Zaid- telah mengabarkan kepada kami [Tsabit] dari
[Anas bin Malik] dia berkata, "Saya pernah menuangkan khamer kepada
sekelompok kaum di rumah Abu Thalhah ketika khamer diharamkan, dan saat itu
mereka tidak minum kecuali dari Fadlih (minuman keras yang terbuat dari perasan
kurma), kurma muda dan kurma masak. Tiba-tiba ada seseorang yang berseru,
lantas Abu Thalhah berkata, "Keluarlah dan lihatlah apa yang
terjadi." Ternyata seseorang berseru, katanya, "Tidakkah khamer telah
diharamkan." Anas berkata, "Kemudian berita itu tersebar ke seluruh
Kota Madinah, lantas Abu Thalhah berkata kepadaku, "Keluar dan
baunglah." Maka saya langsung menumpahkannya. Saat itu orang-orang
berkata, atau sebagian dari mereka berkata, "Seseorang telah meninggal,
sedangkan khamer tersebut masih dalam perut mereka." -Tsabit berkata;
"Namun saya tidak mengetahui apakah itu termasuk dari hadits Anas- Maka
Allah Azza Wa Jalla berfirman: '(Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amalan shalih karena memakan makanan yang telah mereka makan
dahulu, apabila mereka bertakwa dan beriman serta beramal shalih …) ' (? Qs. Al
Maidah: 93).
5.
Surat An-Naba’ ayat 31
اِنَّ لِلْمُتَّقِيْنَ مَفَازًاۙ
- ٣١
Sungguh, orang-orang yang bertakwa
mendapat kemenangan,
Ditafsirkan dengan HR
Muslim 3341
و حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ
عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ الْحَارِثِ حَدَّثَنَا سَعِيدُ
بْنُ أَبِي عَرُوبَةَ عَنْ قَتَادَةَ أَنَّ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ حَدَّثَهُمْ قَالَ
لَمَّا نَزَلَتْ { إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا لِيَغْفِرَ لَكَ
اللَّهُ إِلَى قَوْلِهِ فَوْزًا عَظِيمًا } مَرْجِعَهُ مِنْ الْحُدَيْبِيَةِ
وَهُمْ يُخَالِطُهُمْ الْحُزْنُ وَالْكَآبَةُ وَقَدْ نَحَرَ الْهَدْيَ
بِالْحُدَيْبِيَةِ فَقَالَ لَقَدْ أُنْزِلَتْ عَلَيَّ آيَةٌ هِيَ أَحَبُّ إِلَيَّ
مِنْ الدُّنْيَا جَمِيعًا و حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ النَّضْرِ التَّيْمِيُّ
حَدَّثَنَا مُعْتَمِرٌ قَالَ سَمِعْتُ أَبِي حَدَّثَنَا قَتَادَةُ قَالَ سَمِعْتُ
أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ
حَدَّثَنَا هَمَّامٌ ح و حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ
مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا شَيْبَانُ جَمِيعًا عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ نَحْوَ
حَدِيثِ ابْنِ أَبِي عَرُوبَةَ
Telah menceritakan kepada kami [Nashr bin Ali
Al Jahzhami] telah menceritakan kepada kami [Khalid bin Al Harits] berkata,
telah menceritakan kepada kami [Sa'id bin Abu 'Arubah] dari [Qatadah] bahwa
[Anas bin Malik] telah menceritakan kepada mereka, dia berkata, "Ketika
turun ayat: '(Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang
nyata, supaya Allah memberikan ampunan kepadamu terhadap dosamu -hingga
firmanNya- dengan pertolongan yang kuat (banyak).' (Qs. Al Fath: 1-3), ketika
itu mereka baru pulang dari Hudaibiyyah dengan diliputi perasaan jengkel dan
kesal, padahal mereka telah menyembelih binatang kurban. Maka beliau bersabda:
"Sungguh telah turun kepadaku suatu ayat yang lebih aku cintai daripada
dunia dan isinya." Dan telah menceritakan kepada kami ['Ashim bin An Nadlr
At Taimi] telah menceritakan kepada kami [Mu'tamir] dia berkata; aku mendengar
[ayahku] telah menceritakan kepada kami [Qatadah] dia berkata; aku pernah
mendengar [Anas bin Malik]. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan
kepada kami [Ibnu Al Mutsanna] telah menceritakan kepada kami [Abu Daud] telah
menceritakan kepada kami [Hammam] (dalam jalur lain disebutkan) telah
menceritakan kepada kami [Abd bin Humaid] telah menceritakan kepada kami [Yunus
bin Muhammad] telah menceritakan kepada kami [Syaiban] semuanya dari [Qatadah]
dari [Anas] sebagaimana hadits Ibnu Abu 'Arubah."
C.
Menafsirkan Al-Quran dengan pendapat Sahabat.
1.
Surat Al-Fatihah ayat 6
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ ۙ - ٦
Tunjukilah
kami jalan yang lurus,
Ditafsirkan oleh Ibnu
Mas’ud
Dalam konteks ayat tersebut Ibnu
Mas’ud menafsiri lafad sirat al mustaqim dengan agama Islam (Abu Bakar as
Suyuti, 2003: 76). Contoh di atas merupakan penafsiran dengan pendekatan bahasa
untuk membatasi sebuah pemahaman agar tidak tercampur dengan pemahaman yang
menyimpang dari agama. Dengan demikian dapat dipahamai bahwa jalan yang lurus
yang dituju adalah agama Islam.
2.
Surat Al-Fatihah ayat 7
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ
غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ - ٧
(yaitu) jalan orang-orang yang telah
Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan
(pula jalan) mereka yang sesat.
Ditafsirkan Oleh Ibnu
Abbas
Ibnu Abbas mengatakan bahwa yang
dimaksud orang yang diberi nikmat adalah para malaikat, Nabi, Shidiqqin,
Syuhada’dan Shalihin yang selalu taat dan menyembah kepada Allah (Abu Bakar as
Suyuti, 2003: 83). Ini merupakan upaya Ibnu Abbas memberikan sebuah penafsiran
al Quran yang berhubungan dengan makna yang terkandung dalam suatu kata.
Penafsiran tersebut termasuk dalam kategori penafsiran dengan pendekatan
bahasa.
3. Surat Al-Baqarah
ayat 222
وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ
الْمَحِيْضِ ۗ قُلْ هُوَ اَذًىۙ فَاعْتَزِلُوا النِّسَاۤءَ فِى الْمَحِيْضِۙ وَلَا
تَقْرَبُوْهُنَّ حَتّٰى يَطْهُرْنَ ۚ فَاِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوْهُنَّ مِنْ
حَيْثُ اَمَرَكُمُ اللّٰهُ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ
الْمُتَطَهِّرِيْنَ - ٢٢٢
Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad)
tentang haid. Katakanlah, “Itu adalah sesuatu yang kotor.” Karena itu jauhilah
istri pada waktu haid; dan jangan kamu dekati mereka sebelum mereka suci.
Apabila mereka telah suci, campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang
diperintahkan Allah kepadamu. Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan
menyukai orang yang menyucikan diri.
Ditafsirkan oleh ‘Aisyah
‘Aisyah adalah termasuk kalangan
dari sahabat yang dianggap sebagai penafsir al Quran. Ketika menafsirkan ayat
di atas tentang perempuan haid. Menurut ‘Aisyah, perempuan bersuami yang sedang
haid hendaknya mengencangkan kain sarung bagian bawah tubuhnya dan setelah itu
sang suami boleh bercumbu dengannya, jika ia suka. Masruq pernah bertanya
kepada ‘Aisyah, “Apa yang dihalalkan bagi laki-laki dari istrinya yang sedang
haid?” ‘Aisyah menjawab, “boleh melakukan sesuatu yang lazim selain berhubungan
seksual. Dengan kata lain, bahwa seorang suami dilarang menggauli istrinya yang
sedang haid.
4. Surat
Al-Baqarah ayat 267
يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْفِقُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّآ
اَخْرَجْنَا لَكُمْ مِّنَ الْاَرْضِ ۗ وَلَا تَيَمَّمُوا الْخَبِيْثَ مِنْهُ
تُنْفِقُوْنَ وَلَسْتُمْ بِاٰخِذِيْهِ اِلَّآ اَنْ تُغْمِضُوْا فِيْهِ ۗ
وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ
Wahai orang-orang yang beriman!
Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa
yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk
kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Mahakaya,
Maha Terpuji.
Ditafsirkan oleh Ali bin Abi
Thalib
Ali bin Abi thalib menjelaskan
bahwa yang dimaksud dengan sebagian dari usahanmu yang baik-baik adalah
meliputi hasil emas dan perak. Kemudian dalam menafsirkan lafad wa mimma
akhrajna lakum min al ard (sebagian dari apa yang Kami keluarkan) adalah
meliputi biji-biji, kurma dan setiap sesuatu yang mewajibkan untuk mengeluarkan
zakat (Abu Bakar as Suyuti, 2003: 253).
5. Surat
An-Nisa’ ayat 59
يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى
الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ
فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ
بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا ࣖ
Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah
dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara
kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah
dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.
Ditafsirkan oleh Abu Hurairah
Abu Hurairah radhiyallahu’anhu
menafsiri dalam ayat diatas. Ia berkata bahwa yang dimaksud dengan mereka (ulil
amri) adalah para pemimpin/ pemerintah (Ali Bin Khalaf, 2003: 209). Hal ini
senada dengan yang disampaikan oleh Maimun bin Mihran.
0 komentar:
Post a Comment